Pages

Ads 468x60px

Footer Widget 1

Sample text

Pembelajaran yang menggunakan media Internet berupa web maupun blog

Footer Widget 3

Recent Posts

Introduction

Recent comments

Sample Text

Script kode
  • Add to Facebook
  • Add to Digg
  • Add to Twitter
  • Add RSS Feed

Blogger news

Download


Get your own Digital Clock

Blogger Tricks

Blogger Themes

Footer Widget 2

Postingan Populer

Senin, Mei 16, 2011

Jakarta di Posisi 19 Kota Masyarakat Berjejaring

Jakarta - Kota mana yang merupakan 'surganya' masyarakat berjejaring? Yang pasti bukan Jakarta, sebab ibukota Indonesia ini harus puas berada di posisi ke-19 dalam indeks kota masyarakat berjejaring (networked society).

Adalah Singapura, Stockholm dan Seoul yang berada di peringkat teratas dalam hasil riset hasil kolaborasi Ericsson dan konsultasi manajemen Arthur D.Little tersebut. Penilaian didasarkan atas pengembangan dan kemapanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masing-masing kota.

Riset ini mengungkapkan bahwa kota dengan tingkat kemapanan TIK yang tinggi lebih mampu dalam mengelola masalah-masalah seperti manajemen lingkungan, infrastruktur, keamanan publik, kualitas layanan kesehatan dan pendidikan.


Erik Almqvist, Direktur di Arthur D.Little mengatakan, membangun sebuah masyarakat berjejaring merupakan salah satu tantangan besar bagi umat manusia. "Meskipun analisis ini baru dilihat sebagai titik awal sederhana untuk mengeksplorasi hubungan antara investasi TIK dan pembangunan berkelanjutan, ini adalah harapan dan niat kami bahwa laporan ini dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota yang tidak puas dengan status quo," tukasnya.

Tiga kota berkinerja terbaik -- Singapura, Stockholm, dan Seoul -- dianggap telah berhasil memenuhi banyak target sosial, ekonomi dan lingkungan dengan melakukan investasi yang luas di TIK.

Singapura, misalnya, secara agresif mendorong inovasi dalam e-health dan merupakan pelopor dalam pengelolaan kemacetan lalu lintas. Stockholm, melihat TIK sebagai penggiat utama untuk kerja sama penelitian dan transfer pengetahuan, sementara Seoul menggunakan TIK untuk mewujudkan inisiatif teknologi hijau (green high-tech).

Indeks juga menyarankan tindakan bagi kota berperingkat rendah, yang didorong untuk memberikan akses digital dan pelatihan TIK untuk bagian populasi yang kurang mampu untuk mengurangi kesenjangan digital. Termasuk bagi Indonesia yang berada di posisi ke-19 dengan nilai 14.

Saat ini lebih dari 50% dari populasi dunia tinggal di wilayah perkotaan. Pada tahun 2030, persentase tersebut diperkirakan akan tumbuh menjadi sekitar 60. Jumlah kota-kota besar -- yang didefinisikan sebagai kota dengan 10 juta penduduk atau lebih -- diperkirakan akan meningkat lebih dari 30 juta pada 2030, meningkat sekitar 40%.

Dengan angka yang terus tumbuh pada kota metropolitan ini, maka pengambil keputusan utama akan lebih mampu untuk memastikan bahwa pertumbuhan ini berkelanjutan jika mereka bisa belajar dari keberhasilan kota berkinerja terbaik dalam masyarakat berjejaring.

"Dengan memberikan contoh bagaimana TIK dapat meningkatkan pertumbuhan sebuah kota, indeks dapat digunakan untuk menginspirasi dialog dengan para pengambil keputusan untuk meningkatkan keberhasilan organisasi dan sosial – dari perspektif ekonomi, lingkungan dan sosial," ujar Erik Kruse, dari Laboratorium Networked Society di Ericsson dalam keterangannya, Senin (16/5/2011).
Sumber : detikInet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar